Sampai saat ini belum ada laporan atau data tentang kasus virus West
Nile di Indonesia, hal ini mungkin dikarenakan sulitnya mendiagnosis
penyakit ini di Indonesia. Namun kini, di Institute of Tropical Disease
Universitas Airlangga Surabaya berhasil mengidentifikasi virus West
Nile. Beberapa pasien yang dicurigai terinfeksi oleh virus ini kemudian
diidentifikasi. Dari 59 sampel darah, ternyata ada 19 sampel yang
menunjukkan keberadaan virus ini. Kemudian temuan ini dikonfirmasi
dengan Gene Bank yang terstandarisasi oleh WHO(World Health Organization) dan ternyata sequencing-nya sesuai. Dengan demikian, saat ini Indonesia telah mampu melakukan inovasi diagnosis virus West Nile yang semula underdiagnosis, kini menjadi terdiagnosis tanpa perlu ke luar negeri untuk melakukan pemeriksaan terhadap infeksi virus tersebut.
Pada manusia, masa inkubasi virus West Nile berlangsung antara 1-6
hari. Umumnya penyakit ini berlangsung ringan dengan tanda-tanda demam,
menggigil, nyeri kepala, nyeri punggung, nyeri otot secara menyeluruh,
dan sulit tidur. Di samping itu, dapat pula ditemukan gejala gangguan
gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, dan nyeri lambung.
Kemudian suhu badan penderita dapat mencapai 40°C atau lebih. Pada
umumnya, sebagian besar penderita akan pulih sepenuhnya. Akan tetapi
pada beberapa kasus, terutama pada orang-orang yang telah berusia
lanjut, justru akan berkembang menjadi ensefalitis ataupun meningitis
(infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang) yang sangat
beresiko menyebabkan kematian. Maka dari itu, diagnosis yang akurat akan
membantu penderita untuk tidak mengalami tahap yang lebih parah dari
infeksi virus West Nile. Upaya penegakan diagnosis ini sangat penting
bagi pasien, keluarga, dokter, praktisi, klinisi, akademisi, dan bagi
para pemegang kebijakan. Hal tersebut menjadi tantangan baru untuk para
pihak tersebut mengambil peran pada penyakit itu sesuai disiplin ilmu
dan kebijakan masing-masing.
Virus West Nile ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah
terinfeksi. Pada hakikatnya, semua jenis nyamuk dapat menjadi
perantara, terutama nyamuk jenis Culex. Selain nyamuk, burung
juga berfungsi sebagai tempat pengidapannya, dan burung inilah yang akan
menjadi instrumen utama dalam penyebaran virus ini. Siklus hidup virus
ini berpindah dari burung ke burung dengan perantaraan nyamuk-nyamuk
ini, dan virus berkembang biak selama berputar pada siklus ini.
Sementara itu, virus ini juga menginfeksi manusia dan binatang lainnya
seperti kuda atau sapi dan menyebabkan penyakit pada manusia dan
binatang yang diinfeksinya. Namun virus ini tidak menyebar dari orang ke
orang atau dari burung yang terinfeksi kepada manusia tanpa gigitan
nyamuk.
Indonesia merupakan negara tropis dengan lingkungan yang masih harus
berbenah, pendidikan yang belum ideal, serta belum terbiasanya perilaku
hidup sehat bagi sebagian masyarakat menjadi peluang nyamuk Culex
berkembang di Indonesia. Dengan demikian, Indonesia berpotensi
mengalami tahap Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk penyakit tersebut.
Selain faktor lingkungan, penyebaran virus ini juga terkait dengan hobi
memelihara burung. Minuman burung dapat menjadi tempat berkembangnya
nyamuk Culex yang jika menghisap darah dari burung dapat memindahkan virus West Nile ke manusia melalui gigitannya.
Untuk mencegah penyebaran nyamuk Culex dan mengurangi resiko
terinfeksi virus West Nile, ada beberapa cara yang dapat dilakukan.
Diantaranya adalah dengan mengenakan baju lengan panjang dan celana
panjang ketika beraktivitas di luar ruangan, menggunakan obat penolak
serangga pada kulit, yang paling efektif adalah yang mengandung 20-30%
DEET (N, N-dietil-meta-toluamide). DEET dalam konsentrasi yang lebih
tinggi lagi (>30%) sangat tidak dianjurkan karena akan menimbulkan
efek samping. Selain itu, setiap kali menggunakan obat pembasmi
nyamuk/insektisida selalu baca aturan pemakaiannya. Melakukan
langkah-langkah preventif baik di dalam rumah maupun di luar rumah
seperti menutup dan menguras tempat penampungan air, serta mengubur
barang-bara bekas juga dapat mencegah penyebaran nyamuk Culex.
Kemudian jika menemukan burung mati jangan menangani bangkai tersebut
tanpa sarung tangan. Langkah-langkah tersebut akan sangat membantu
mengurangi penyebaran virus West Nile di Indonesia. (*)
(*) Tulisan ini juga dimuat dalam harian Kompas edisi Selasa, 29 Oktober 2013, halaman 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar